Sejarah Ayam Cemani bermula dari rasa penasaran saya mengenai tanda yang khas dan populer untuk unggas ini. Bagi anda yang masih menerka-nerka dari mana asalnya, kami akan mengulas secara gamblang dari mana black chicken ini bermula. Ada beberapa hal yang dapat di analogikan dengan akal ataupun keyakinan.
Harga yang mahal harus anda siapkan jika ingin memilikinya, karena nominal yang harus anda bayar cukup mentereng. Kita mesti bersyukur karena tanah dan alam kita adalah surganya flora dan fauna. Hasil maha karya tuhan yang maha esa melestarikanya di Megeri kita tercinta yang populasinya harus kita jaga bersama.
Sejarah Ayam Cemani (Kedu)
Secara Historis Ayam Cemani dipercaya sudah ada sejak kerajaan Majapahit. Eksistensinya dikaitkan dengan para Raja dan Bangsawan pada masa itu. Jadi wajar jika hingga saat ini selalu berhubungan erat dengan energi ghaib, mistis dan mitos ayam cemani tertentu.
Asal Usul Ayam Kedu
Sebenarnya ayam cemani telah dipastikan oleh para pakar, yang dilihat oleh kajian sejarah dan awal penyebarannya berasal dari negara Indonesia. Dan disepakati berasal dari suatu desa yang disebut desa Kedu, Kecamatan Kedu, Dari Kabupaten Temanggung, Provinsi Jawa Tengah.
Pasti terkejut dan terkaget-kaget. Justru itu sebagai sebagai para peternak ayam kita harus berfikir untuk menambah populasinya. Keunggulan yang menonjol dapat ditunjukan dari seluruh elemen fisik ayam cemani yang berwarna hitam.
Nilai Jual Mahal
Harga jual ayam cemani memang tergolong sangat fantastis, bahkan dapat menembus 100 juta dengan kwalitas ayam kedu super. Dari segi medis kwalitas daging dan kandungan yang terdapat dalam daging ayam cemani sangat bermanfaat. Dapat mengobati penyakit tertentu dan mempercepat penyembuhan luka. Kesan sangar dan menyeramkan terlihat dari bulu yang hitam legam bahkan paruh, kulit hingga kuki juga berwarna gelap.
Demikian kajian kami tentang ayam cemani yang melegenda semoga bermanfaat. Jadikanlah website ini sebagai wahana berbagi ilmu dan pengalaman, sehingga tercipta hubungan yang harmonis antara kita.